Pages

Banner

To be your friend To treat you like the others, I find that impossible. Whenever I see you, I cannot take my eyes away. Whenever I'm by your side, I cannot keep my self away. Quietly looking at you, Quietly hidding my self. I don't even know what I really want... However, compare of dislike, Please... Continue to show me, Your love...
Rabu, 25 November 2015

Negeri Tanpa Tuan

Bagaikan Negeri tanpa tuan
Orang-orang berlalu lalang tanpa tujuan
Merana fana menyembah dusta
Memetik hasil dari cerca

Bagai Negeri tanpa tuan
Teronggok di sudut kemelaratan
Tersisih di tengah harapan
Tanpa arah dan tujuan

Raja berlutut menyembah Dewa
Menjunjung kehormatan bagaikan budak
Memohon iba dari tetua

Rakyat bertanya
Kepada menteri dan pejabat
"Kapan Negeri ini merdeka?"
"Kapan Negeri ini berjaya?"

Menteri menjawab Raja diam
Raja tersisih di sepi keramaian

HAI pejabat! Hai Raja! 
Haruskah menteri yang melangkah?
Menembus papan hitam 
Menerjang aral rintang

Dimana kalian? 
Mana suara kalian?
Berikan kepastian
Untuk Negeri Tanpa Tuan.





Surabaya, 25 November 2015
Selasa, 03 Februari 2015

ff: shoelace (hunhan)

Tittle: shoelace
Cast  : sehun, luhan, myungsoo
Rated : K/T
Genre : humor, romance, school life

happy reading~

Ah.... pagi yang cerah. Matahari mulai menyapa insan dunia, sinarnya dibiaskan menerangi bumi. Mari kita tengok disalah satu rumah mungil bercat putih itu, disalah satu jendela yang masih tertutup oleh tirai putih. Didalamnya terdapat seorang yeoja cantik yang tengah terlelap, kulitnya putih mulus terkena sinar mentari yang menerobos melalui celah jendela.

Kriiiiinnggg!!!

Braakk!

Omo! Suara apa itu? Mari kita lihat, kini di pojok kamar tengah tergolek seonggok jam beker. Sang pelaku kini tetap pada kegiatannya bergelung di dalam selimut.

“KIM LUHAAAANNN!!! CEPAT BANGUUUNN” terdengar teriakan dari arah dapur. Luhan tetap terlelap.

Krieett...
Pintu kamar luhan terbuka, menampakkan seorang namja tampan yang tengah mengendap-endap masuk ke dalam kamar. Hup!

“WAAAAA!!!!” luhan yang terkejut karena tiba-tiba tubuhnya diangkat, refleks berteriak. Cklek! Terdengar suara pintu kamar mandi tertutup, beserta luhan yang kini terduduk di lantai kamar mandi.

“GEGE! AWAS KAU YAAAA!!” teriak luhan yang hanya dibalas kekehan dari sang pelaku yang ternyata adalah oppanya.

“SUDAH MANDI DULU SANA! DASAR TUKANG TIDUR! HAHAHA.” Cklek! Terlihat kepala luhan menyembul dari balik pintu kamar mandi.

“DIAM KAU!” luhan berucap sambil menunjuk sang pelaku dan lagi-lagi hanya dibalas kekehan.

“sudah sana mandi dulu. Dasar rusa jelek.”

“AAAHHH!! DIAM KAU KIM MYUNGSOOO!!!”

15 menit kemudian...

Luhan pov
setelah tragedi kenistaan myungsoo, kini aku tengah bersiap-siap, memasukkan buku dan beberapa camilan kedalam tasku.

Tap..tap..tap..

aku berhenti ditengah-tengah anak tangga, melihat seorang namja yang kini tengah menyantap sarapannya dengan tampang tanpa dosa. kududukkan tubuhku disebelahnya dan mulai menyantap sarapanku. Hening, hanya terdengar dentingan sendok garpu yang beradu dengan piring.

''kau tidak berangkat?'' aku menoleh, menatap sinis namja yang berstatus kakakku ini.

''kau ini bicara apa, justru harusnya aku yang tanya, kapan kau berangkat? Kau kan harus mengantarku dulu.''

''siapa bilang hari ini aku akan mengantarmu?'' aku menghentikan acara “mari kita sarapan” dan menoleh ke arah myungsoo ge.

''apa maksudmu?''

''hari ini aku sudah berjanji akan menjemput yeojachinguku. Kau berangkatlah sendiri ya adikku sayang.'' setelah berujar demikian, myungsoo melenggang pergi, apa maksudnya itu!

''yak! Kau mau kemana? Yaaaakkk! Setidaknya antarkan aku dulu ke sekolah!'' kulihat dia sudah masuk kedalam mobilnya.

Tiinn..tiinn..

''bye rusa jeleekk!'' terlihat dari dalam mobil myungsoo tertawa puas. Apa-apaan dia! kulihat jam ditanganku, OMOO! LIMA BELAS MENIT LAGI!

''SEPATU! SEPATU! SEPATU MANA SEPATU!'' waaaa dimana sepatuku, ah itu dia.

''UMMA AKU BERANGKAAATTT'' yak! semangat luhan! Kulirik jam ditanganku, 10 menit lagi! 

Aaaaaaaaaaaaa!
Rasanya dari tadi aku sudah berlari, tapi kenapa gerbang sekolah belum juga terlihat? Peluh sudah mengucur di pelipisku.

''dasar myungsoo jelek! Keparat! Seenak jidatnya! Apa susahnya mengantar dongsaengnya ini ke sekolah, dasar jelek! Huh, aku membencimu myung!''

sraakk... Bruk... hup!

''owaaaaa!'' hoooooo, hampir saja aku terjatuh. Untung di depanku ada tiang listrik, aku beranjak dari posisiku yang hampir terjatuh, kemudian membenahi seragamku yang sedikit berantakan.

Tap..tap..tap..

Eh, kulihat seorang namja yang tiba-tiba berjongkok dihadapanku. Refleks aku berjalan mundur, tapi sesaat kemudian tangannya terulur, ia mengikat tali sepatuku yang terlepas.

''lain kali ikatlah tali sepatumu.'' Setelah berujar demikian ia melangkah mendahuluiku. sedangkan aku di sini terdiam, masih mencerna apa yang baru saja terjadi. kulihat dia berbalik menghadapku.

''kau tidak berangkat ke sekolah?'' aku tersadar, kemudian segera menyusulnya. Langkahnya lebar sekali, aku tertinggal di belakangnya. haaassss, berjalanlah pelan sedikit, orz. Entah ini hanya perasaanku saja atau memang dia memperlambat jalannya. Kini aku berjalan beriringan dengannya, errr kenapa aku merasa seperti sepasang kekasih yang tengah berjalan berdua menuju sekolah.

10 menit kemudian...

Kami tiba di sekolah. Haaahhh sudah kuduga pasti terlambat, gerbang sudah ditutup dan tidak ada gunanya lagi. Kalau menerobos pasti aku akan menghabiskan jam pulang sekolahku di ruang kedisiplinan.

“aish eothokae?” kulirik namja di sampingku, kenapa dia tenang-tenang saja? Tidak kulihat raut khawatir di wajahnya.

Grep...

“kajja, ikuti aku.” Aahhh, tiba-tiba saja tanganku digenggamnya, dan kini aku hanya bisa mengikuti langkahnya menuju sebuah gang sempit yang berada di samping sekolah.

“yak! Eodigaaaa?” kenapa jalan ini sempit sekali, aish sebenarnya mau kemana dia? Kalau mau membolos memboloslah sendiri! Aku ingin pulang saja! Moodku yang jelek jadi tambah jelek karenanya.

“masuklah.” Eoh? Kini di depanku terdapat sebuah pintu kayu tua yang ternyata terhubung dengan taman belakang sekolah.

“kau tidak mau masuk?” seakan tersadar, aku mengikuti namja itu masuk ke dalam. Kami berdua menuju sebuah pohon oak besar yang terdapat di pinggir kolam belakang. Dia mendudukkan dirinya dan bersandar pada batang pohon oak yang kokoh itu. Aku berjalan mendekatinya, kemudian ikut mendudukkan diriku disampingnya menghadap ke arah kolam.

“aku baru tahu kalau di belakang ada pintu rahasia.” ...... hening, tak ada sahutan dari namja itu. Aish! Apa dia tidak mendengarku?

“eoh... tertidur rupanya.” Ternyata dia tertidur. namja itu, oh sehun. Teman sekelasku yang.... entahlah, dia jarang sekali berbaur dengan anak-anak. Selalu mengambil tempat duduk di pojok belakang. Bahkan seingatku dia jarang sekali hadir saat jam pembelajaran. Tapi yang membuatku terheran adalah, nilainya yang selalu nyaris sempurna di semua mata pelajaran.

-hunhan-

Pada akhirnya luhan menghabiskan jam pertamanya bersama sehun di taman belakang. Hingga bel istirahat berbunyi, luhan memutuskan untuk menuju kelas. Diliriknya sehun yang tengah tertidur, luhan sedikit mendekat kemudian mencoba membangunkannya.

“yak... oh sehun-ssi. Ayo ke kelas.” Hening.... tak ada jawaban dari sehun. Luhan menghela nafas, mencoba sekali lagi membangunkan namja tampan disampingnya ini. Luhan menggoyangkan tubuh sehun.

“oh sehun-ssi, ireona. Kajja kita ke kelas, kau mau seharian di sini?” dan... berhasil. Sehun mulai membuka matanya.

“kajja kita ke kelas.” Luhan mengulurkan tangannya untuk membatu sehun berdiri. Namun yang sehun lakukan justru mengacuhkan uluran tangan luhan dan pergi mendahului rusa kecil ini.

“eoh?! Apa-apaan dia! Sudah baik aku mau menolongnya berdiri, malah diacuhkan! Dasar namja babo!” umpat luhan. Luhan berjalan mendahului sehun, kemudian berdiri tepat di depan namja tampan itu.

“yak! Neo oh sehun! Aku membencimu!” tunjuk luhan tepat diwajah sehun, kemudian langsung berlari menuju kelasnya. Sedangkan sehun, dia hanya mengernyit heran, kemudian melanjutkan langkahnya menuju kelas yang sama dengan luhan.

-hunhan-

Luhan tengah berbaring di tempat tidurnya, pikirannya melayang pada kejadian tadi pagi. Saat dia dan sehun berdua di taman belakang sekolah, seulas senyum tipis terukir di bibirnya. Kemudian dia teringat dengan kejadian tadi siang, ketika tanpa sadar ia terus memperhatikan sehun ketika di dalam kelas, sampai seonsaengnim menegurnya karena tidak memperhatikan pelajar. Betapa malunya luhan, ditambah secara tidak sengaja matanya bertemu pandang dengan sehun.

“AAAAAAARRRRRRRGGGGGHHHHHH!!!!! INI GARA-GARA MYUNGSOO BODOOOHH! DASAR MYUNG BODOH! JELEK! AARRGGHHH!”

Cklek...

“yak! Kau bilang gegemu ini jelek eoh? Enak saja!” tiba-tiba pintu kamar luhan terbuka dan menampakkan myungsoo yang tengah mengernyit tidak suka kepada dongsaengnya karena mengatakan bahwa dia jelek.

“SEDANG APA KAU DISINI?! SANA PERGIII! AKU MEMBENCIMU!” buakk buuukkk.... luhan melempar boneka dan bantalnya ke arah myungsoo.

“yak! Hentikan rusa jelek. Ada apa denganmu?! Kau masih marah gara-gara tadi pagi eoh?” myungsoo memunguti boneka dan bantal luhan yang berserakan di lantai.

“kau jahat ge! Membiarkan dongsaengmu berangkat sekolah sendirian, bagaimana kalau dijalan adan orang jahat yang mau menculikku! Lalu aku disekap! Terus parahnya kalau aku diapa-apakan bagaimana? Kau tega membiarkan dongsaengmu yang imut ini seperti itu?! Haahh!” myungsoo hanya memutar bola matanya malas. Ia sudah hafal dengan kelakuan adiknya.

“aku kan tadi pagi sudah bilang kalau aku sudah janji menjemput yeojachinguku.”

“TAPI APA SALAHNYA MENGANTARKU DULUUU!!”

“TIDAK BISAAA BODOOOHH!! RUMAH KRYSTAL TIDAK SEARAH DENGAN SEKOLAHMU!”

“KENAPA KAU JAHAT SEKALIIII!!!”

“AH SUDAHLAH! KAU KAN JUGA TIDAK KEHILANGAN ANGGOTA BADANMU! LIHAT, 
HIDUNGMU MASIH SATU, TANGANMU MASIH DUA, KAKIMU UTUH DUA. SUDAH DIAM SAJA.” Luhan akhirnya terdiam, ia terlalu malas untuk berdebat dengan gegenya.

“yak, kim luhan.” Panggil myungsoo, sedangkan yang disapa hanya menjawab dengan deheman.

“sudah jangan marah lagi, kajja ikut aku.” Myungsoo menarik paksa tangan luhan, sedangkan yang ditarik kini tengah meronta-ronta (?). mereka menuju sebuah kedai minuman di taman yang berada di dekat rumah mereka. begitu melihat kedai favoritnya, luhan yang mulanya kusut berubah ceria. Myungsoo sudah menebak cara ini pasti berhasil mengembalikan mood luhan.

“ahjumma, bubble tea rasa taro satu ya.” Myungsoo memesan satu gelas bubble tea rasa taro untuk dongsaeng tercintanya.

“hehehe gomawo myung gege~.” Luhan mengedipkan matanya ke myungsoo.

“cih.. dasar rusa jelek.” Myungsoo terkekeh melihat kelakuan dongsaeng kesayangannya.

Setelah mendapat bubble tea, myungsoo mengajak luhan untuk menikmati udara sore di taman. Myungsoo yang sibuk dengan telepon dari krystal membuat luhan kembali merengut. Dia mengalihkan pandangannya ke arah anak-anak yang sedang bermain pasir di sebuah kolam pasir yang berada di bawah pohon akasia. Disebelahnya terdapat sebuah bangku yang tengah diduduki oleh seorang namja dengan buku sketsa di tangannya. Luhan memicingkan matanya, menajamkan penglihatannya dan meyakinkan dirinya bahwa namja yang tengah dilihatnya adalah oh sehun.

“sedang apa dia disini?” luhan bertanya pada dirinya sendiri. /#luhangila/
Hingga entah sejak kapan, luhan terus mengamati sehun. Sesekali ia tersenyum, mengumpat tidak jelas, mengernyit, kemudian menghela nafas. Seorang yeoja kecil menghampiri sehun, sehun yang merunduk, mensejajarkan tubuhnya dengan yeoja itu. Yeoja kecil itu terlihat sedang membisikkan sesuatu ke telinga sehun. Tiba-tiba yeoja kecil itu menunjuk ke arah luhan, detik berikutnya sehun menoleh dan pandangan mereka bertemu. Sontak luhan mengalihkan pandangannya, ia kaget ketika tiba-tiba sehun menoleh ke arahnya.

“eoh? Kau kenapa lu?” myungsoo yang melihat gelagat aneh luhan menjauhkan teleponnya kemudian bertanya. Sedangkan sang tersangka kim luhan hanya menggelengkan kepalanya.

“gege ayo kita pulang.” Myungsoo memandang heran luhan. Belum sempat myungsoo bertanya kenapa, tangannya sudah ditarik paksa oleh luhan. Yang ada di pikiran luhan sekarang adalah “menjauh dari sehun”.

-hunhan-

Kriiiiiinnnggg.....

“KIM LUHAAAANNNN!!! IREONAAA! YAK RUSA JELEK! BANGUN CEPAT, KAU MAU TERLAMBAT SEKOLAH LAGI!”

“YAK KIM MYUNGSOO! BERHENTI BERTERIAK PAGI-PAGI!”

“ini sudah siang babo! 30 menit lagi bel masuk. Cepat bangun!” luhan mengalihkan pandangannya ke arah jam beker yang ada di meja.

“OMO! AIISSHH JINJJA!” demi lee sooman yang ber-abs, luhan tidak mau kejadian beberapa waktu lalu terulang.

Blam...

Pintu kamar mandi tertutup dan menyisakan myungsoo yang berdiri di kamar luhan dengan satu alis terangkat.

“KUTUNGGU DI BAWAH! KAU CEPATLAH RUSA JELEK!”

“BERISIIIKK! DASAR MYUNGSOO BABO!” myungsoo terkekeh kemudian bergegas menuju garasi.
Luhan terlihat terburu-buru, tas yang hanya disampirkan di bahu kanannya, sepatu yang dipakai asal-asalan, dan sepotong roti yang kini berada di mulutnya.

“UMMA LUHAN BERANGKAAATTT!”

Blam...

“kajja ge.”

“kau ini, sudah bangun terlambat, kerjamu menyuruh-nyuruh orang saja. Dasar.” Myungsoo mencibir, namun sayang, sepertinya luhan tidak menghiraukan dan tengah sibuk dengan roti yang tengah dikunyahnya.

Sekitar sepuluh menit kemudian, luhan tiba di sekolah, setelah mengucapkan terimakasih (karena dipaksa myungsoo) luhan bergegas menuju kelasnya. Koridor sudah sepi, lima menit lagi kegiatan pembelajaran akan dimulai. Murid-murid pasti sudah berada di kelas masing-masing. Tinggal sedikit lagi dan luhan sudah sampai di kelasnya.

“ou!” hampir saja luhan bertabrakan dengan sehun ketika akan masuk ke dalam kelas. Sehun yang ketika itu akan keluar kelas, dan luhan yang berbelok masuk. 

“eoh.... hai... sehun.” Luhan terdiam di depan pintu, ini terlalu pagi untuk kembali terlibat sesuatu dengan sehun. Sedangkan sehun hanya terdiam, pandangannya menuju ke bawah. Kemudian berjongkok dan mengikat tali sepatu luhan yang terlepas.

“lain kali jangan lupa ikat tali sepatumu........ luhan.” Seulas senyum tipis terukir di bibir sehun. Oh GOD. Oh sehun, kau sukses membuat luhan shock di pagi hari. Terlihat rona merah samar dikedua pipi luhan. Setelah sehun pergi, luhan bergegas duduk dibangkunya.

“OMO! LUHAN-AH! Ada apa dengan sehun?! Omo! Aku tidak percaya sehun bisa melakukan hal romantis seperti itu.” Kata-kata baekhyun membuat luhan terdiam.

Luhan POV

Aku shock, tidak menyangka sehun akan tersenyum padaku. Tapi mungkin saja dia melakukan itu karena peduli saja. Iya! Pasti itu, tidak mungkin ada hal lebih. Ya! Itu benar lu!

“yak, lu! Neo gwaenchana?” aku tersadar dari lamunanku, kulihat baekhyun menatapku khawatir.

“ah, ne. nan gwaenchana baekki-ah.”

“geurae.” Haaahhh, baek aku tidak sedang baik-baik saja. Kurasa aku mulai tertarik dengan oh sehun. Aaaaaarrrggghhhhh!!!

-hunhan-

Seluruh siswa di kelas luhan tengah menjalani tes kebugaran. Semua siswa diharuskan berlari mengitari lapangan sebanyak 5 kali bagi siswinya dan 8 kali bagi siswanya. Luhan tengah berada di ruang ganti bersama siswi yang lain.

“wah tes kali ini pasti luhan lagi yang mendapat nilai terbaik.” Xiumin mempoutkan bibirnya, namun kemudian tertawa bersama luhan.

“anniya, itu hanya kebetulan saja xiumin-ah. Masih ada amber yang menjadi nomor 1.” Amber yang mendengar itu tertawa keras sambil menepuk-nepuk punggung luhan.

Semua siswa berkumpul dilapangan, setelah melakukan pemanasan semua bersiap di garis start. Putaran pertama dilakukan oleh namja, dan yang menjadi pemenang adalah oh sehun. Putaran kedua, luhan bersiap di garis startnya.

Priiittt...

Semua berlari sekuat tenaga, luhan memimpin di urutan pertama, hingga putaran kedua luhan masih 
memimpin. Mendekati putaran ketiga, terlihat ada yang aneh pada luhan, hingga akhirnya ia terjatuh.

“akkhh...” luhan memegangi kaki kanannya. Ia meringis sakit, sesekali menggit bibirnya untuk menahan rasa sakit. Teman-temannya berhenti untuk sekedar bertanya bagaimana keadaan luhan. Luhan berkata baik-baik saja, sebab ia tidak mau membebani teman-temannya yang kini tengah berusaha. Luhan mencoba berdiri, namun sayang, kakinya terlalu sakit untuk sekedar diajak berjalan.

“yak! Neo gwaenchana?” luhan mendongak, melihat namja di depannya yang meskipun dengan wajah datar, namun pertanyaanya sarat akan kekhawatiran.

“nan, gwaenchana. Hanya terkilir sedikit. Aku masih bisa meneruskannya, lagipula hanya tinggal 3 putaran lagi.” Luhan mencoba berdiri, namun ia kembali terjatuh.

“ish, kau terluka. Jangan paksa dirimu untuk melakukan hal yang mustahil.”

“aku tidak bisa, kalau aku keluar begitu saja aku tidak akan mendapat nilai tes dalam semester ini. Tenang saja, aku masih kuat.”

“kau ini keras kepala sekali! Mana bisa aku tenang saja. Kakimu terkilir, dan kau bilang kau tidak apa-apa. Berdiri saja kau tidak bisa, bagaimana kau mau berlari dengan kaki seperti itu?” luhan menunduk, krystal bening menggenang dipelupuk matanya.

“aku hanya ingin melakukan yang terbaik, itu saja.” Sehun menghela nafas. Detik kemudian ia berbalik dan berjongkok di depan luhan.

“naiklah.” Luhan mendongak, dihadapannya kini terdapat punggung lebar sehun.

“mwo?” sehun menoleh ke arah luhan.

“kau bilang kau ingin melakukan yang terbaik kan? Naiklah, aku akan mendampingimu sampai finish nanti.” Luhan terdiam, tangan sehun menuntunnya untuk naik ke punggung namja tampan itu.

“hanya ini yang bisa aku lakukan, semangati aku sampai garis finish nanti ya.” Luhan tak mampu membendung air matanya. Ia menangis selama berlari. Punggung sehun kini basah oleh airmata luhan. 
Teman-teman yang melihat aksi sehun dan luhan mulai berteriak memberi semangat mereka.

“AYO SEHUUUNN!! LUHAAANNN!!!”

“KYAAAA! AYO SEHUUUNN! LUHAAANNN!”

Tinggal satu putaran lagi dan luhan tetap pada kegiatan awalnya, sehun menoleh ke belakang, melihat luhan yang membenamkan kepalanya di bahu sehun.

“yak kim luhan.”

“hmm.” Luhan hanya menjawab sehun dengan gumaman.

“aish. Yak! Kim luhan, angkat kepalamu, lihatlah di depan adalah garis finishnya.” Luhan mengangkat kepalanya, benar, diujung sana terdapat gurunya yang mengibarkan bendera di garis finish dan siswa lainnya yang menyemangati mereka.

“hei luhan, kau mendengarku?”

“hmm, ne... hiks.”

“hehe, setelah sampai di garis finish nanti ada sesuatu yang ingin kusampaikan.”

“hiks.. hiks.. mwo?... hiks.” Dengan sesekali sesenggukan, luhan menjawab sehun.

Priiitttt.....

“WOAAAAAAAAA!!!” semua siswa berhambur ke arah luhan dan sehun. Sehun dengan hati-hati mendudukkan luhan.

“SEHUN-AH KAU KEREN SEKALI TADI!” seru Kai teman sekelas mereka dan dibalas senyum oleh sehun.

“neo gwaenchana?” sehun mendudukkan dirinya di samping luhan, ia tersenyum melihat luhan yang tidak berhenti menangis.

“harusnya aku yang bertanya, kau baik-baik saja? Tubuhku kan berat, kau harus menopang tubuhku sambil berlari, itu pasti tidak mudah. Maafkan aku karena telah merepotkanmu.” Luhan menundukkan kepalanya.

“iya, kau memang sangan berat, bajuku basah karena kau terus menangis di punggungku. Kau bahkan tidak menyemangatiku di sepanjang lintasan.”

“huwaaaaa... mianhae sehun-ah.” Tangis luhan bertambah kencang. Sedangkan sehun kini tengah tertawa terbahak-bahak.

“kau lucu sekali. Kau masih ingat apa yang aku katakan waktu dilintasan?”

“eoh, kau bilang kau akan mengatakan sesuatu kan? Apa?” sehun menggenggam tangan luhan, kemudian menempelkan di pipinya. Luhan hanya terdiam, mengamati apa yang sedang sehun lakukan.

“luhan-ah.” Sehun menatap dalam luhan, sedangkan yang ditatap kini sedang gugup setengah mati.

“ne.”

“saranghae.” Sehun tersenyum, senyum yang sangat tulus dan hanya ditujukan kepada luhan.

“mwo?!” luhan membulatkan matanya, meyakinkan dirinya bahwa ini bukanlah mimpi.

“aku mencintaimu, sejak tahun pertama penerimaan siswa baru, dan aku hanya bisa menjadi pengagummu. 
Melihatmu tersenyum, tertawa, aku sangat bahagia. Mungkin ini terkesan mendadak, tapi entah aku bisa menyimpan perasaan ini berapa lama lagi, aku ingin segera mengungkapkannya padamu. Aku sungguh mencintaimu kim luhan. Would you be...akh!” belum sempat sehun menyelesaikan kalimatnya, luhan langsung menerjang sehun, dipeluknya sehun erat.

“nado, nado saranghae oh sehun.” Sehun tersenyum, senyuman kebahagiaan yang baru kali ini sehun tunjukkan pada dunia.


“gomawo kim luhan, nan neomu johaeyo.” Sehun mencium kening luhan sayang, diiringi tepuk tangan dan disaksikan oleh teman-temannya.

-end-

review juseyo~

strange

strange...

aneh? iya.
entahlah, absurd kalo boleh gue bilang. merasa akhir-akhir ini gue kangen yang namanya balik ke rumah. ketemu ortu, kakak, temen-temen yang saat ini lagi berjuang UAN, dan yang saat ini sudah berada di kota yang berbeda-beda. sedangkan gue saat ini sendiri merantau ke kota sebelah.

gue mulai ngerasa kaya gini setelah suatu proses berhasil gue dan angkatan gue akhiri. waktu-waktu gue disini berasa lamaaaaa. yang dulunya udah terstruktur, jam segini kuliah, terus ke sini, ke sini, bla bla bla. lha sekarang? bahkan hari ini mau ngapain gue nggak tau. gue ngerasa kesepian disini, pengen pulaaaannggg. nggak jarang gue tiba-tiba nangis gara-gara kangen ibuk /cengeng/. padahal dulu gue gak pernah kaya gitu.

disini gue mencoba buat temenan sama siapa aja, gue membuka pintu pertemanan buat siapa aja yang mau temenan sama gue. tapi nyatanya gue belum nemuin yang bener-bener sreg dan pas sama gue, padahal ini udah hampir setaun gue disini.

kenapa gue gak bisa kaya SMA dulu?
gue punya temen yang alhamdulillah sampe sekarang masih deket, gue pun masih komunikasi sama dia, tapi kenapa disini gue gak bisa? padahal gue sama temen gue itu kenal baru 2 tahunan, dan gue masih curhat-curhat ke dia. waktu kemaren balik ke rumah akhirnya gue cerita kalo gue ngerasa gak nyaman disini. hei Ers!! kangeeeennnn~

dan yang ngebuat gue seneng adalah ketika Je sore-sore telpon gue, itu rasanya seneeenngg banget. paling gak bisa ngobatin rasa kangen gue ke temen-temen gue yang lain. kemaren pas pulang juga ketemu sama Ulz di mall, kirain siapa tiba-tiba getok kepala orang, eehh pas balik badan ternyata buncis trepes, langsung deh pelukan, masa bodoh sama orang-orang sekitar yang ngeliatin kita berdua wkwkwk.

tuh kaaann rasanya pengen nangis. that's it. so.. what should i do?
Jumat, 30 Mei 2014

lirik lagu: SJ-M - SWING (korean vers.)

Hey, Mr.! Ttaega on geoya geuman ireona hey!
Ja, kkaeeona donggureul heomulgo seulseul ne jonjaereul deureonae
Maria! Sigye bojima gidariji ma oh!
An ol sarangingeol almyeonseo wae mot nwa geuman tteoreojyeonagage dwo
Shall we dance mureupeul teolgo jumeogeul jwieo
Shall we dance apatdeon nare ulkeokhandaedo
On momeul gwantonghal i noraega jumuni doel teni
Urin i eumage matchwo modu da itgo ja, swing never never give up! Swing
Urin i eumage matchwo modu da itgo ja, swing never never give up! Swing
I bwa! Heomhan sesang geomnaebwatja du bal araeya
Urin i eumage matchwo modu da itgo ja, swing never never give up! Hey!
Hey~ yeah~ (swing) hey yeah~
Uno dos tres
Geulsse, museun mari pillyohalkka geunyang nunbiche damado da ara
So relax, be cool nae gyeoteseo deo dotboige haejulge
Nan nega pogihaetdeon seutepdo gyesandoen chumin geotcheoreom hal su isseo
So relax, be cool nae gyeoteseo neon jeulgigiman hamyeon dwae
Itjima. Nalmada nuguna cheoeumeul sara huhoedo itdan geor
Urin i eumage matchwo modu da itgo ja, swing never never give up! Swing
Urin i eumage matchwo modu da itgo ja, swing never never give up! Swing
I bwa! Heomhan sesang geomnaebwatja du bal araeya
Urin i eumage matchwo modu da itgo ja, swing never never give up!
Swipge meomchujineun ma ajik nollagin ireungeol
Yeongwon gateun jigeum i sungan dance with me tonight, just swing
Swing, my babe! Tonight
Urin i eumage matchwo modu da itgo ja, swing never never give up! Swing
Urin i eumage matchwo modu da itgo ja, swing never never give up! Swing
Geobwa! Dadeul neoman jusihaneun giuneul neukkyeo
Sesang da boran deusi ja, uttuk seobeoryeo swing never never give up! Hey!
Hey~ yeah~ swing hey yeah~ swing never never give up!
Hey~ yeah~ swing hey yeah~ swing never never give up! Swing!

Kamis, 24 April 2014

unexpected

Ketika rasa penasaran berubah menjadi perasaan, berawal dari “who?” – “hi” – “salam kenal” – “nice to meet you” – “ good night” – dan seiring dengan pesan terus kita kirim satu sama lain, perasaan di dalam diri ini pun juga tumbuh. Semakin hari aku merasakan perubahannya. Dari yang awalnya “ya sudah” kini menjadi “kenapa?”. Dari yang awalnya “oh” kini menjadi “dimana?”. Senyummu, tawamu, cara bicaramu, bahkan wajahmu ketika menangis J aku masih mengingatnya J mungkin selalu mengingatnya. Hmmm, aku tidak secantik wanita-wanita yang dekat  denganmu, atau mereka yang melabeli diri sebagai penggemarmu. Aku tidak secantik wanita yang selalu kau kagumi itu. Aku tidak setinggi dia, sekaya dia, sepintar dia, bahkan tidak seberani dia. Bahkan sampai sekarang aku masih bingung, kenapa kau mendekatiku? Yang bahkan tidak menonjol diantara teman-temanku. Aku yang biasa ini, aku yang tidak cantik, tidak tinggi, kenapa? Sampai detik ini aku cemas, apakah kau hanya mempermainkanku? Kalau iya, kumohon hentikan. Hentikan sebelum perasaan ini berkembang dan aku tidak ingin berpisah denganmu. Kalau memang benar kau hanya mempermainkanku hentikan sekarang juga. Agar aku dengan segera menekan perasaan ini. Karena bila kau tidak melakukannya, maka perasaan “you’re mine” sampai kapanpun tidak akan tersampaikan. Cukup beri aku kejelasan dan aku akan memberikanmu jawaban...
Senin, 30 Desember 2013

unpredictable

lagi,
setelah sekian lama rasa itu menghilang, kini kembali ketika pandangan itu bertemu.
masih teringat disaat kita berjabat tangan, saat saling bertukar pandang.
aku tahu ini salah, aku tahu dan sangat paham bahwa kau tidak sendiri.
ada seseorang disana yang menantikanmu, yang menjadi pemilikmu.
tapi aku juga tidak ingin ada dusta, meski setitik, aku dapat merasakan kegembiraan ketika sebuah pesan kau tujukan untukku.
aku senang ketika kau membalas pesan yang aku kirimkan kepadamu.
satu hal yang tidak kusukai adalah, kenyataan bahwa aku tidak boleh berbuat lebih.
kenyataan bahwa kau hanya masa lalu dan aku yang berusaha melupakanmu.
aku tidak mau menampik perasaan yang masih ada ini.
kau bertanya, apa aku merindukanmu?
iya, aku rindu, rindu tawamu, rindu candamu, bahkan aku rindu tatapanmu.
kalau boleh aku tidak ingin melepas tanganmu ketika aku pergi seperti kemarin.
ada sedikit rasa sedih ketika aku dengan paksa melepas tanganmu, begitu eratnya kau menggenggam tanganku membuatku ingin berharap lebih.
tapi aku harus tetap pada batasku, menyadari bahwa kau tidak sendiri, dan mengingat wajah orang yang sedang mekar dihatiku.


Minggu, 29 Desember 2013

FF: closer chap 3 (hunhan)

Chapter 3

Because your eyes that look at me
Make me run once again
More than anything else



“gege~....”
“hei ikuti gege.”
“gege mau pergi?”
“gege mau kemana?”
“gege tidak tau, kau tunggulah di sini.”
“JANGAAANNNN!!!”
“AKU MAU IKUT GEGE!!!!”
“jangan sayang, kamu di sini dengan mama.”
“BABA AKU TIDAK MAU IKUT!!!”
“YI FAN BENCI BABA!!!”
“maafkan baba yi fan.... maafkan baba...”
“maafkan baba.....”
“maafkan baba.....”
Kris pov
Hosh... hosh... hosh...
Oh shit! Kenapa aku harus bermimpi itu lagi. Kulirik jam dinding di kamarku, masih terlalu pagi untuk bangun. Kurebahkan kembali tubuhku, oh sial! Aku tidak bisa tidur lagi. Kulangkahkan kakiku ke balkon kamar, angin pagi yang bergesekan dengan kulit membuatku sedikit bergetar. Kenapa aku bermimpi itu lagi? Kurogoh kalung yang berhiaskan liontin perak dengan bentuk ukiran tulisan wu. Kira-kira...... bagaimana kabarmu sekarang?
Wu Xiao Han.....?

_hun_han_

-at luhan class-
“.....baiklah anak-anak, untuk tugas di rumah kerjakan halaman 12. Saya akhiri pembelajaran hari ini, terimakasih dan selamat siang.”
“selamat siang songsaenim.”
Selepas kepergian (?) sang guru, murid-murid yang berada di kelas mulai berhambur keluar. Dua orang yeoja manis tengah berjalan melintasi koridor sekolah untuk menuju kantin.
“lulu unnie kau carilah tempat, aku akan memesan makanan untuk kita berdua.” Ujar baekhyun sambil berlalu menuju counter makanan.
“Oh... geurae.” Luhan pun berjalan menuju salah satu meja yang terletak di pojok kantin dan bersebalahan langsung dengan taman.
Srek...
Srek...
Luhan mendongak, mendapati seseorang yang juga menggeser kursi untuk menempati meja tadi. Sesaat mata mereka bertemu, keduanya saling diam sampai Luhan tersadar dan memundurkan dirinya.
“eoh... mian sunbaenim, aku akan mencari tempat lain, silahkan sunbaenim tempati.” Ucap Luhan sambil membungkuk. Belum sempat Luhan meninggalkan tempat itu sebuah suara menginterupsinya untuk kembali duduk.
“kau mau kemana? Di sini sudah tidak ada tempat, duduklah.”
“tapi sunbae...”
“aku tidak terima penolakan.” Luhan menatap sekelilinganya, memang tidak ada tempat yang tersisa. Semua sudah terisi, Luhan pun mulai mendudukkan dirinya.
“kau tidak memesan makanan?”
“eoh? Ah, temanku yang memesan, aku mencari tempat untuk makan, sunbae sendiri.... tidak memesan makanan?”
“kau tau.... aku risih mendengar kau memanggilku sunbaenim.” Luhan tertunduk, merutuki dirinya yang telah membuat seniornya risih.
“panggil saja aku Sehun oppa.”
“ne?” Luhan mendongak, menatap sehun tidak percaya dengan apa yang baru saja namja itu katakan. Sehun menyuruhnya memanggil dia “oppa”? berdasarkan cerita Baekhyun, belum ada seorang yeoja yang mendapat permintaan langsung dari Sehun untuk memanggilnya dengan embel-embel “oppa” apalagi mengingat sifat Sehun yang “anti yeoja”, itu merupakan kejadian langka. Oke ini berlebihan.... tapi hati Luhan tengah bersorak gembira karena ini.
“hahaha, kau lucu sekali. Siapa namamu?” sebuah tawa keluar dari mulut Sehun! Oh ini juga mukjizat. Dalam sejarah Oh Sehun, ia belum pernah tertawa di hadapan seorang yeoja kecuali ummanya, noonanya Kai, tunangan Kai dan author :3
“naneun... Xi Luhan imnida.” Setelah memperkenalkan diri suasana hening mulai tercipta, keduanya bergelut dengan pikiran masing-masing. Selagi kedua insan ini berdiam diri mari kita menuju tempat seorang yeoja yang tengah mengantri di counter makanan.
“hmm.... bagaimana kalau pesan bibimbab saja? Lalu minumnya apa ya?”
“bagaimana kalau orange juice saja?”
“ah boleh juga.” Pekik Baekhyun, detik kemudian dia menoleh kearah sumber suara. Mulutnya sedikit terbuka dan matanya tak berkedip. Demi lee sooman yang beruban, Park Chanyeol tengah tersenyum dihadapannya. Perlu diulangi? DIHADAPANNYA! Perlu diperjelas? DI-HA-DA-PAN-NYA! Perlu di...?! sudah cukup kurasa.
“annyeong~” chanyeol tersenyum kearah Baekhyun, sedangkan objek yang ditatap hanya mematung mencerna kejadian yang tengah dialaminya.
“annyeong~ ada orang didalam?” chanyeol mengibaskan tangannya dihadapan baekhyun, mencoba menyadarkan yeoja manis yang tanpa sepengetahuannya tengah mengagumi ciptaan Tuhan yang terpampang nyata dihadapannya.
“eoh? Mwo? Ah! Maksudku... ne? ada apa sunbae?” oh sadarlah baekhyun, sekarang kau terlihat seperti seorang idiot. Salahkan jantungnya yang berdetak lebih cepat karena sengatan senyum 1000 watt chanyeol.
“hahaha kau lucu sekali, jadi? Apa kau mau memesan sekarang? Antrian di belakang masih panjang.” Ujar chanyeol sambil tersenyum dan mengarahkan dagunya kebelakang. Baekhyun mengalihkan pandangannya, melihat begitu banyak siswa yang mengantri untuk memesan makanan di belakang chanyeol.
“ah... jeoseonghamnida.... jeoseonghamnida..” baekhyun merutuki dirinya sendiri yang malah terbuai oleh pesona park chanyeol dan lupa tujuan awalnya. Setelah memesan, baekhyun bergegas menuju tempat luhan. Sedikit kesulitan karena ia harus membawa dua nampan. Namun sebuah tangan menyambar satu nampan yang dipegangnya.
“eh?” chanyeol tersenyum kearah baekhyun.
“biar kubawakan yang satunya, lagipula aku hanya membawa satu nampan.” Baekhyun terdiam, semburat merah menjalar di kedua pipinya. Baekhyun berjalan mendahului chanyeol, bergegas menemui luhan.

_hun_han_

Hening masih menyelimuti kedua insan berbeda gender ini. Sang yeoja yang diam-diam melirik namja di depannya, sedangkan sang namja terang-terangan menatap si yeoja manis yang terlihat salah tingkah.
Luhan merutuki sahabatnya yang tak kunjung datang. Berlama-lama dengan oh sehun ternyata tidak baik untuk kesehatan jantungnya. Sejak insiden menarik kursi bersama-sama, jantungnya berdetak dua kali lebih cepat. Apalagi sehun kini tengah menatapnya intens. Luhan mengalihkan pandangannya ke arah counter makanan, terlihat baekhyun yang terburu-buru berjalan kearahnya. Namun ada yang berbeda, luhan melihat salah satu dari prince school yang juga komplotan dari namja yang duduk di depannya berjalan mengekor baekhyun.
“eoh? Sehun kau juga di sini?” chanyeol bertanya pada sehun, sedangkan yang ditanya menatap chanyeol seolah berkata ‘apa yang kau lakukan? Mengganggu saja!’
“eoh?! Oh sehun sunbaenim.” Baekhyun membungkuk kepada sehun, kemudian melirik luhan yang kini mengalihkan pandangannya ke arah taman. Baekhyun mendudukkan dirinya di samping luhan, setelah chanyeol meletakkan nampan baekhyun yang ia bawa, ia mendudukkan dirinya di samping sehun. Keempatnya terdiam, hanya terdengar dentingan sumpit dan sesekali deheman dari baekhyun. Hingga suara chanyeol yang mencoba memecah keheningan diantara mereka.
“hei, aku belum tahu siapa nama kalian. Ehem, aku Park Chanyeol dari kelas XI-1, bagaimana dengan kalian?” chanyeol menatap baekhyun dan luhan sambil tersenyum.
“ah, naneun byun baekhyun imnida dari kelas X-2.” Baekhyun tersenyum dan itu sukses membuat chanyeol terpana.
“ehem... ah... geurae, bangapta baekhyun-ah.” Chanyeol membalas senyum baekhyun, kemudian beralih menatap luhan.
“naneun xi luhan imnida, teman sekelas baekhyun.” Luhan sedikit membungkuk kepada chanyeol.
“eoh? Kau bukan orang korea?” chanyeol bertanya kepada luhan. Luhan tersenyum, menampakkan eye smilenya yang membuat oh sehun terpana.
“ne sunbaenim, aku lahir di Beijing, tapi sejak kecil aku ikut mama pindah ke Korea.” Chanyeol manggut-manggut, detik kemudian dia kembali memandang luhan, raut wajahnya menyiratkan rasa penasaran.
“kalau kau ikut dengan ummamu ke korea, berarti appamu tinggal sendiri di china?” luhan tertunduk, detik kemudian dia mendongakkan kepalanya, tersenyum manis namun tatapannya sayu.
“baba dan mama bercerai ketika usiaku masih 4 tahun, dan sejak saat itu aku tidak tahu kabar babaku. Mama tidak pernah menceritakan penyebab perceraian mereka, dan aku pun tidak pernah bertanya, karena aku tidak ingin mama sedih, yah.... meskipun sebenarnya aku ingin sekali mengetauhi keadaan babaku sekarang.” Luhan mengakhiri kalimatnya, menyisakan tiga orang yang kini terdian, terutama chanyeol yang paling merasa bersalah. Dan jangan lupakan sehun yang kini tengah melirik ke arah chanyeol seolah-olah ingin memenggal kepalanya.
“eoh.... mi.. mianhae luhan-ah, aku tidak bermaksud mengungkit tentang keluargamu, mianhae luhan-ah, mianhae.” Chanyeol berulang kali mengucapkan maaf.
“ah... gwaenchana sunbaenim, aku mengerti, sudahlah sunbae tidak perlu meminta maaf.” Luhan berkata seraya tersenyum manis. Hening kembali menyelimuti mereka.
“aaahhh~ kenyang sekali. Eoh? Sehun sunbae tidak memesan makanan?” baekhyun yang telah menyelesaikan acara makannya, melihat sehun yang sedari tadi hanya duduk menemani chanyeol tanpa memesan makanan.
“aku tidak terbiasa makan di tempat ramai.” Jawab sehun singkat, baekhyun hanya mengangguk. Tatapannya kemudian beralih kepada luhan.
“lulu unnie, apa unnie sudah memberitahu myungsoo tentang seleksi tim basket yang baru? formulirnya ada pada unni kan? Kemarin myungsoo mencari unni tapi unni sudah pulang.”
“ah jinjja? Baiklah setelah ini aku akan menemuinya.”
“apa kalian nanti datang melihat seleksi?” ucap chanyeol bersemangat.
“ne sunbaenim, tentu saja kami ikut.” Ucap baekhyun dengan semangat.
“jangan panggil aku sunbaenim, kalian panggil saja aku chanyeol oppa.”
“ne... chanyeol oppa.” Baekhyun merona, ia tidak percaya bisa sedekat ini dengan senior pujaannya.
“baekki-ya sebentar lagi bel masuk, aku harus menemui myungsoo dulu, kajja kita kembali ke kelas.”
“ne unni, annyeong chanyeol oppa, sehun sunbaenim.” Baekhyun membungkuk kemudian berjalan mendahului luhan.
“ah! Aku juga harus kembali ke kelas, kajja sehun-ah.” Chanyeol bergegas berdiri, sambil melirik ke arah sehun kemudian berjalan mendahuluinya.
“ehem.... kau mau kembali ke kelas?” luhan menoleh ke arah sehun yang kini tengah menatapnya.
“ne, oppa juga mau kembali ke kelas?” luhan sesekali menatap sehun.
“ne.”
“kalau begitu, aku kembali ke kelas dulu oppa.” Luhan membungkuk kemudian melangkah kembali ke kelasnya.
“luhan-ah...” luhan menoleh ke arah sumber suara.
“..... sampai bertemu lagi.” Semburat merah muda menghiasi pipi luhan. Sehun tengah tersenyum kepadanya. Seorang oh sehun, pangeran es yang ‘anti yeoja’ tengah tersenyum kepadanya. Rasanya luhan ingin menghentikan waktu. Ia pun hanya menganggukkan kepala kemudian bergegas pergi sebelum detakan jantungnya bertambah cepat.

_hun_han_

Sehun pov
Aku baru tahu ternyata orang tuanya bercerai, tapi dari penuturannya kurasa dia yeoja yang tegar. Hei xi luhan.... sebenarnya apa yang telah kau lakukan padaku? Kenapa hanya dengan melihatmu jantung ini berdetak dua kali lebih cepat? Hanya dengan mendengar suaramu saja dapat membuat darahku berdesir. Apakah kau seorang penyihir? Dimana kau mempelajari cara menaklukkan hatiku yang selama ini beku? Kau hebat xi luhan. Aku telah terperangkap dalam jerat cintamu.

Tbc-

review juseyooo~