Tittle: shoelace
Cast : sehun, luhan, myungsoo
Rated : K/T
Genre : humor, romance, school life
happy reading~
Ah.... pagi yang cerah. Matahari mulai menyapa insan dunia, sinarnya dibiaskan menerangi bumi. Mari kita tengok disalah satu rumah mungil bercat putih itu, disalah satu jendela yang masih tertutup oleh tirai putih. Didalamnya terdapat seorang yeoja cantik yang tengah terlelap, kulitnya putih mulus terkena sinar mentari yang menerobos melalui celah jendela.
Cast : sehun, luhan, myungsoo
Rated : K/T
Genre : humor, romance, school life
happy reading~
Ah.... pagi yang cerah. Matahari mulai menyapa insan dunia, sinarnya dibiaskan menerangi bumi. Mari kita tengok disalah satu rumah mungil bercat putih itu, disalah satu jendela yang masih tertutup oleh tirai putih. Didalamnya terdapat seorang yeoja cantik yang tengah terlelap, kulitnya putih mulus terkena sinar mentari yang menerobos melalui celah jendela.
Kriiiiinnggg!!!
Braakk!
Omo! Suara apa itu? Mari kita lihat,
kini di pojok kamar tengah tergolek seonggok jam beker. Sang pelaku kini tetap
pada kegiatannya bergelung di dalam selimut.
“KIM LUHAAAANNN!!! CEPAT BANGUUUNN”
terdengar teriakan dari arah dapur. Luhan tetap terlelap.
Krieett...
Pintu kamar luhan terbuka, menampakkan
seorang namja tampan yang tengah mengendap-endap masuk ke dalam kamar. Hup!
“WAAAAA!!!!” luhan yang terkejut
karena tiba-tiba tubuhnya diangkat, refleks berteriak. Cklek! Terdengar suara
pintu kamar mandi tertutup, beserta luhan yang kini terduduk di lantai kamar
mandi.
“GEGE! AWAS KAU YAAAA!!” teriak luhan
yang hanya dibalas kekehan dari sang pelaku yang ternyata adalah oppanya.
“SUDAH MANDI DULU SANA! DASAR TUKANG
TIDUR! HAHAHA.” Cklek! Terlihat kepala luhan menyembul dari balik pintu kamar
mandi.
“DIAM KAU!” luhan berucap sambil
menunjuk sang pelaku dan lagi-lagi hanya dibalas kekehan.
“sudah sana mandi dulu. Dasar rusa
jelek.”
“AAAHHH!! DIAM KAU KIM MYUNGSOOO!!!”
15 menit kemudian...
Luhan pov
setelah
tragedi kenistaan myungsoo, kini aku tengah bersiap-siap, memasukkan buku dan
beberapa camilan kedalam tasku.
Tap..tap..tap..
aku
berhenti ditengah-tengah anak tangga, melihat seorang namja yang kini tengah
menyantap sarapannya dengan tampang tanpa dosa. kududukkan tubuhku disebelahnya
dan mulai menyantap sarapanku. Hening, hanya terdengar dentingan sendok garpu
yang beradu dengan piring.
''kau
tidak berangkat?'' aku menoleh, menatap sinis namja yang berstatus kakakku ini.
''kau ini
bicara apa, justru harusnya aku yang tanya, kapan kau berangkat? Kau kan harus
mengantarku dulu.''
''siapa
bilang hari ini aku akan mengantarmu?'' aku menghentikan acara “mari kita
sarapan” dan menoleh ke arah myungsoo ge.
''apa
maksudmu?''
''hari
ini aku sudah berjanji akan menjemput yeojachinguku. Kau berangkatlah sendiri ya
adikku sayang.'' setelah berujar demikian, myungsoo melenggang pergi, apa
maksudnya itu!
''yak!
Kau mau kemana? Yaaaakkk! Setidaknya antarkan aku dulu ke sekolah!'' kulihat
dia sudah masuk kedalam mobilnya.
Tiinn..tiinn..
''bye
rusa jeleekk!'' terlihat dari dalam mobil myungsoo tertawa puas. Apa-apaan dia!
kulihat jam ditanganku, OMOO! LIMA BELAS MENIT LAGI!
''SEPATU!
SEPATU! SEPATU MANA SEPATU!'' waaaa dimana sepatuku, ah itu dia.
''UMMA
AKU BERANGKAAATTT'' yak! semangat luhan! Kulirik jam ditanganku, 10 menit lagi!
Aaaaaaaaaaaaa!
Rasanya
dari tadi aku sudah berlari, tapi kenapa gerbang sekolah belum juga terlihat?
Peluh sudah mengucur di pelipisku.
''dasar
myungsoo jelek! Keparat! Seenak jidatnya! Apa susahnya mengantar dongsaengnya
ini ke sekolah, dasar jelek! Huh, aku membencimu myung!''
sraakk...
Bruk... hup!
''owaaaaa!''
hoooooo, hampir saja aku terjatuh. Untung di depanku ada tiang listrik, aku
beranjak dari posisiku yang hampir terjatuh, kemudian membenahi seragamku yang
sedikit berantakan.
Tap..tap..tap..
Eh,
kulihat seorang namja yang tiba-tiba berjongkok dihadapanku. Refleks aku
berjalan mundur, tapi sesaat kemudian tangannya terulur, ia mengikat tali
sepatuku yang terlepas.
''lain
kali ikatlah tali sepatumu.'' Setelah berujar demikian ia melangkah
mendahuluiku. sedangkan aku di sini terdiam, masih mencerna apa yang baru saja
terjadi. kulihat dia berbalik menghadapku.
''kau
tidak berangkat ke sekolah?'' aku tersadar, kemudian segera menyusulnya.
Langkahnya lebar sekali, aku tertinggal di belakangnya. haaassss, berjalanlah
pelan sedikit, orz. Entah ini hanya perasaanku saja atau memang dia
memperlambat jalannya. Kini aku berjalan beriringan dengannya, errr kenapa aku
merasa seperti sepasang kekasih yang tengah berjalan berdua menuju sekolah.
10 menit
kemudian...
Kami tiba
di sekolah. Haaahhh sudah kuduga pasti terlambat, gerbang sudah ditutup dan
tidak ada gunanya lagi. Kalau menerobos pasti aku akan menghabiskan jam pulang
sekolahku di ruang kedisiplinan.
“aish eothokae?”
kulirik namja di sampingku, kenapa dia tenang-tenang saja? Tidak kulihat raut
khawatir di wajahnya.
Grep...
“kajja, ikuti
aku.” Aahhh, tiba-tiba saja tanganku digenggamnya, dan kini aku hanya bisa
mengikuti langkahnya menuju sebuah gang sempit yang berada di samping sekolah.
“yak!
Eodigaaaa?” kenapa jalan ini sempit sekali, aish sebenarnya mau kemana dia?
Kalau mau membolos memboloslah sendiri! Aku ingin pulang saja! Moodku yang
jelek jadi tambah jelek karenanya.
“masuklah.”
Eoh? Kini di depanku terdapat sebuah pintu kayu tua yang ternyata terhubung
dengan taman belakang sekolah.
“kau
tidak mau masuk?” seakan tersadar, aku mengikuti namja itu masuk ke dalam. Kami
berdua menuju sebuah pohon oak besar yang terdapat di pinggir kolam belakang.
Dia mendudukkan dirinya dan bersandar pada batang pohon oak yang kokoh itu. Aku
berjalan mendekatinya, kemudian ikut mendudukkan diriku disampingnya menghadap
ke arah kolam.
“aku baru
tahu kalau di belakang ada pintu rahasia.” ...... hening, tak ada sahutan dari
namja itu. Aish! Apa dia tidak mendengarku?
“eoh...
tertidur rupanya.” Ternyata dia tertidur. namja itu, oh sehun. Teman sekelasku
yang.... entahlah, dia jarang sekali berbaur dengan anak-anak. Selalu mengambil
tempat duduk di pojok belakang. Bahkan seingatku dia jarang sekali hadir saat
jam pembelajaran. Tapi yang membuatku terheran adalah, nilainya yang selalu
nyaris sempurna di semua mata pelajaran.
-hunhan-
Pada
akhirnya luhan menghabiskan jam pertamanya bersama sehun di taman belakang.
Hingga bel istirahat berbunyi, luhan memutuskan untuk menuju kelas. Diliriknya
sehun yang tengah tertidur, luhan sedikit mendekat kemudian mencoba
membangunkannya.
“yak...
oh sehun-ssi. Ayo ke kelas.” Hening.... tak ada jawaban dari sehun. Luhan
menghela nafas, mencoba sekali lagi membangunkan namja tampan disampingnya ini.
Luhan menggoyangkan tubuh sehun.
“oh
sehun-ssi, ireona. Kajja kita ke kelas, kau mau seharian di sini?” dan...
berhasil. Sehun mulai membuka matanya.
“kajja
kita ke kelas.” Luhan mengulurkan tangannya untuk membatu sehun berdiri. Namun
yang sehun lakukan justru mengacuhkan uluran tangan luhan dan pergi mendahului
rusa kecil ini.
“eoh?!
Apa-apaan dia! Sudah baik aku mau menolongnya berdiri, malah diacuhkan! Dasar
namja babo!” umpat luhan. Luhan berjalan mendahului sehun, kemudian berdiri
tepat di depan namja tampan itu.
“yak! Neo
oh sehun! Aku membencimu!” tunjuk luhan tepat diwajah sehun, kemudian langsung
berlari menuju kelasnya. Sedangkan sehun, dia hanya mengernyit heran, kemudian
melanjutkan langkahnya menuju kelas yang sama dengan luhan.
-hunhan-
Luhan
tengah berbaring di tempat tidurnya, pikirannya melayang pada kejadian tadi
pagi. Saat dia dan sehun berdua di taman belakang sekolah, seulas senyum tipis
terukir di bibirnya. Kemudian dia teringat dengan kejadian tadi siang, ketika
tanpa sadar ia terus memperhatikan sehun ketika di dalam kelas, sampai
seonsaengnim menegurnya karena tidak memperhatikan pelajar. Betapa malunya
luhan, ditambah secara tidak sengaja matanya bertemu pandang dengan sehun.
“AAAAAAARRRRRRRGGGGGHHHHHH!!!!!
INI GARA-GARA MYUNGSOO BODOOOHH! DASAR MYUNG BODOH! JELEK! AARRGGHHH!”
Cklek...
“yak! Kau
bilang gegemu ini jelek eoh? Enak saja!” tiba-tiba pintu kamar luhan terbuka
dan menampakkan myungsoo yang tengah mengernyit tidak suka kepada dongsaengnya
karena mengatakan bahwa dia jelek.
“SEDANG
APA KAU DISINI?! SANA PERGIII! AKU MEMBENCIMU!” buakk buuukkk.... luhan
melempar boneka dan bantalnya ke arah myungsoo.
“yak!
Hentikan rusa jelek. Ada apa denganmu?! Kau masih marah gara-gara tadi pagi
eoh?” myungsoo memunguti boneka dan bantal luhan yang berserakan di lantai.
“kau
jahat ge! Membiarkan dongsaengmu berangkat sekolah sendirian, bagaimana kalau
dijalan adan orang jahat yang mau menculikku! Lalu aku disekap! Terus parahnya
kalau aku diapa-apakan bagaimana? Kau tega membiarkan dongsaengmu yang imut ini
seperti itu?! Haahh!” myungsoo hanya memutar bola matanya malas. Ia sudah hafal
dengan kelakuan adiknya.
“aku kan
tadi pagi sudah bilang kalau aku sudah janji menjemput yeojachinguku.”
“TAPI APA
SALAHNYA MENGANTARKU DULUUU!!”
“TIDAK
BISAAA BODOOOHH!! RUMAH KRYSTAL TIDAK SEARAH DENGAN SEKOLAHMU!”
“KENAPA
KAU JAHAT SEKALIIII!!!”
“AH
SUDAHLAH! KAU KAN JUGA TIDAK KEHILANGAN ANGGOTA BADANMU! LIHAT,
HIDUNGMU MASIH
SATU, TANGANMU MASIH DUA, KAKIMU UTUH DUA. SUDAH DIAM SAJA.” Luhan akhirnya
terdiam, ia terlalu malas untuk berdebat dengan gegenya.
“yak, kim
luhan.” Panggil myungsoo, sedangkan yang disapa hanya menjawab dengan deheman.
“sudah
jangan marah lagi, kajja ikut aku.” Myungsoo menarik paksa tangan luhan,
sedangkan yang ditarik kini tengah meronta-ronta (?). mereka menuju sebuah
kedai minuman di taman yang berada di dekat rumah mereka. begitu melihat kedai
favoritnya, luhan yang mulanya kusut berubah ceria. Myungsoo sudah menebak cara
ini pasti berhasil mengembalikan mood luhan.
“ahjumma,
bubble tea rasa taro satu ya.” Myungsoo memesan satu gelas bubble tea rasa taro
untuk dongsaeng tercintanya.
“hehehe
gomawo myung gege~.” Luhan mengedipkan matanya ke myungsoo.
“cih..
dasar rusa jelek.” Myungsoo terkekeh melihat kelakuan dongsaeng kesayangannya.
Setelah
mendapat bubble tea, myungsoo mengajak luhan untuk menikmati udara sore di
taman. Myungsoo yang sibuk dengan telepon dari krystal membuat luhan kembali
merengut. Dia mengalihkan pandangannya ke arah anak-anak yang sedang bermain
pasir di sebuah kolam pasir yang berada di bawah pohon akasia. Disebelahnya
terdapat sebuah bangku yang tengah diduduki oleh seorang namja dengan buku
sketsa di tangannya. Luhan memicingkan matanya, menajamkan penglihatannya dan
meyakinkan dirinya bahwa namja yang tengah dilihatnya adalah oh sehun.
“sedang
apa dia disini?” luhan bertanya pada dirinya sendiri. /#luhangila/
Hingga
entah sejak kapan, luhan terus mengamati sehun. Sesekali ia tersenyum, mengumpat
tidak jelas, mengernyit, kemudian menghela nafas. Seorang yeoja kecil
menghampiri sehun, sehun yang merunduk, mensejajarkan tubuhnya dengan yeoja
itu. Yeoja kecil itu terlihat sedang membisikkan sesuatu ke telinga sehun.
Tiba-tiba yeoja kecil itu menunjuk ke arah luhan, detik berikutnya sehun
menoleh dan pandangan mereka bertemu. Sontak luhan mengalihkan pandangannya, ia
kaget ketika tiba-tiba sehun menoleh ke arahnya.
“eoh? Kau
kenapa lu?” myungsoo yang melihat gelagat aneh luhan menjauhkan teleponnya
kemudian bertanya. Sedangkan sang tersangka kim luhan hanya menggelengkan
kepalanya.
“gege ayo
kita pulang.” Myungsoo memandang heran luhan. Belum sempat myungsoo bertanya
kenapa, tangannya sudah ditarik paksa oleh luhan. Yang ada di pikiran luhan
sekarang adalah “menjauh dari sehun”.
-hunhan-
Kriiiiiinnnggg.....
“KIM
LUHAAAANNNN!!! IREONAAA! YAK RUSA JELEK! BANGUN CEPAT, KAU MAU TERLAMBAT
SEKOLAH LAGI!”
“YAK KIM
MYUNGSOO! BERHENTI BERTERIAK PAGI-PAGI!”
“ini
sudah siang babo! 30 menit lagi bel masuk. Cepat bangun!” luhan mengalihkan
pandangannya ke arah jam beker yang ada di meja.
“OMO!
AIISSHH JINJJA!” demi lee sooman yang ber-abs, luhan tidak mau kejadian
beberapa waktu lalu terulang.
Blam...
Pintu kamar
mandi tertutup dan menyisakan myungsoo yang berdiri di kamar luhan dengan satu
alis terangkat.
“KUTUNGGU
DI BAWAH! KAU CEPATLAH RUSA JELEK!”
“BERISIIIKK!
DASAR MYUNGSOO BABO!” myungsoo terkekeh kemudian bergegas menuju garasi.
Luhan
terlihat terburu-buru, tas yang hanya disampirkan di bahu kanannya, sepatu yang
dipakai asal-asalan, dan sepotong roti yang kini berada di mulutnya.
“UMMA
LUHAN BERANGKAAATTT!”
Blam...
“kajja
ge.”
“kau ini,
sudah bangun terlambat, kerjamu menyuruh-nyuruh orang saja. Dasar.” Myungsoo
mencibir, namun sayang, sepertinya luhan tidak menghiraukan dan tengah sibuk
dengan roti yang tengah dikunyahnya.
Sekitar
sepuluh menit kemudian, luhan tiba di sekolah, setelah mengucapkan terimakasih
(karena dipaksa myungsoo) luhan bergegas menuju kelasnya. Koridor sudah sepi,
lima menit lagi kegiatan pembelajaran akan dimulai. Murid-murid pasti sudah
berada di kelas masing-masing. Tinggal sedikit lagi dan luhan sudah sampai di
kelasnya.
“ou!”
hampir saja luhan bertabrakan dengan sehun ketika akan masuk ke dalam kelas.
Sehun yang ketika itu akan keluar kelas, dan luhan yang berbelok masuk.
“eoh....
hai... sehun.” Luhan terdiam di depan pintu, ini terlalu pagi untuk kembali
terlibat sesuatu dengan sehun. Sedangkan sehun hanya terdiam, pandangannya
menuju ke bawah. Kemudian berjongkok dan mengikat tali sepatu luhan yang
terlepas.
“lain
kali jangan lupa ikat tali sepatumu........ luhan.” Seulas senyum tipis terukir
di bibir sehun. Oh GOD. Oh sehun, kau sukses membuat luhan shock di pagi hari. Terlihat
rona merah samar dikedua pipi luhan. Setelah sehun pergi, luhan bergegas duduk
dibangkunya.
“OMO!
LUHAN-AH! Ada apa dengan sehun?! Omo! Aku tidak percaya sehun bisa melakukan
hal romantis seperti itu.” Kata-kata baekhyun membuat luhan terdiam.
Luhan POV
Aku
shock, tidak menyangka sehun akan tersenyum padaku. Tapi mungkin saja dia
melakukan itu karena peduli saja. Iya! Pasti itu, tidak mungkin ada hal lebih.
Ya! Itu benar lu!
“yak, lu!
Neo gwaenchana?” aku tersadar dari lamunanku, kulihat baekhyun menatapku
khawatir.
“ah, ne.
nan gwaenchana baekki-ah.”
“geurae.”
Haaahhh, baek aku tidak sedang baik-baik saja. Kurasa aku mulai tertarik dengan
oh sehun. Aaaaaarrrggghhhhh!!!
-hunhan-
Seluruh
siswa di kelas luhan tengah menjalani tes kebugaran. Semua siswa diharuskan
berlari mengitari lapangan sebanyak 5 kali bagi siswinya dan 8 kali bagi
siswanya. Luhan tengah berada di ruang ganti bersama siswi yang lain.
“wah tes
kali ini pasti luhan lagi yang mendapat nilai terbaik.” Xiumin mempoutkan
bibirnya, namun kemudian tertawa bersama luhan.
“anniya,
itu hanya kebetulan saja xiumin-ah. Masih ada amber yang menjadi nomor 1.”
Amber yang mendengar itu tertawa keras sambil menepuk-nepuk punggung luhan.
Semua
siswa berkumpul dilapangan, setelah melakukan pemanasan semua bersiap di garis
start. Putaran pertama dilakukan oleh namja, dan yang menjadi pemenang adalah
oh sehun. Putaran kedua, luhan bersiap di garis startnya.
Priiittt...
Semua
berlari sekuat tenaga, luhan memimpin di urutan pertama, hingga putaran kedua
luhan masih
memimpin. Mendekati putaran ketiga, terlihat ada yang aneh pada
luhan, hingga akhirnya ia terjatuh.
“akkhh...”
luhan memegangi kaki kanannya. Ia meringis sakit, sesekali menggit bibirnya
untuk menahan rasa sakit. Teman-temannya berhenti untuk sekedar bertanya
bagaimana keadaan luhan. Luhan berkata baik-baik saja, sebab ia tidak mau
membebani teman-temannya yang kini tengah berusaha. Luhan mencoba berdiri,
namun sayang, kakinya terlalu sakit untuk sekedar diajak berjalan.
“yak! Neo
gwaenchana?” luhan mendongak, melihat namja di depannya yang meskipun dengan
wajah datar, namun pertanyaanya sarat akan kekhawatiran.
“nan,
gwaenchana. Hanya terkilir sedikit. Aku masih bisa meneruskannya, lagipula
hanya tinggal 3 putaran lagi.” Luhan mencoba berdiri, namun ia kembali
terjatuh.
“ish, kau
terluka. Jangan paksa dirimu untuk melakukan hal yang mustahil.”
“aku
tidak bisa, kalau aku keluar begitu saja aku tidak akan mendapat nilai tes
dalam semester ini. Tenang saja, aku masih kuat.”
“kau ini
keras kepala sekali! Mana bisa aku tenang saja. Kakimu terkilir, dan kau bilang
kau tidak apa-apa. Berdiri saja kau tidak bisa, bagaimana kau mau berlari
dengan kaki seperti itu?” luhan menunduk, krystal bening menggenang dipelupuk
matanya.
“aku
hanya ingin melakukan yang terbaik, itu saja.” Sehun menghela nafas. Detik
kemudian ia berbalik dan berjongkok di depan luhan.
“naiklah.”
Luhan mendongak, dihadapannya kini terdapat punggung lebar sehun.
“mwo?”
sehun menoleh ke arah luhan.
“kau
bilang kau ingin melakukan yang terbaik kan? Naiklah, aku akan mendampingimu
sampai finish nanti.” Luhan terdiam, tangan sehun menuntunnya untuk naik ke
punggung namja tampan itu.
“hanya
ini yang bisa aku lakukan, semangati aku sampai garis finish nanti ya.” Luhan
tak mampu membendung air matanya. Ia menangis selama berlari. Punggung sehun
kini basah oleh airmata luhan.
Teman-teman yang melihat aksi sehun dan luhan
mulai berteriak memberi semangat mereka.
“AYO
SEHUUUNN!! LUHAAANNN!!!”
“KYAAAA!
AYO SEHUUUNN! LUHAAANNN!”
Tinggal
satu putaran lagi dan luhan tetap pada kegiatan awalnya, sehun menoleh ke
belakang, melihat luhan yang membenamkan kepalanya di bahu sehun.
“yak kim
luhan.”
“hmm.” Luhan
hanya menjawab sehun dengan gumaman.
“aish.
Yak! Kim luhan, angkat kepalamu, lihatlah di depan adalah garis finishnya.”
Luhan mengangkat kepalanya, benar, diujung sana terdapat gurunya yang
mengibarkan bendera di garis finish dan siswa lainnya yang menyemangati mereka.
“hei
luhan, kau mendengarku?”
“hmm,
ne... hiks.”
“hehe,
setelah sampai di garis finish nanti ada sesuatu yang ingin kusampaikan.”
“hiks..
hiks.. mwo?... hiks.” Dengan sesekali sesenggukan, luhan menjawab sehun.
Priiitttt.....
“WOAAAAAAAAA!!!”
semua siswa berhambur ke arah luhan dan sehun. Sehun dengan hati-hati
mendudukkan luhan.
“SEHUN-AH
KAU KEREN SEKALI TADI!” seru Kai teman sekelas mereka dan dibalas senyum oleh
sehun.
“neo
gwaenchana?” sehun mendudukkan dirinya di samping luhan, ia tersenyum melihat
luhan yang tidak berhenti menangis.
“harusnya
aku yang bertanya, kau baik-baik saja? Tubuhku kan berat, kau harus menopang
tubuhku sambil berlari, itu pasti tidak mudah. Maafkan aku karena telah
merepotkanmu.” Luhan menundukkan kepalanya.
“iya, kau
memang sangan berat, bajuku basah karena kau terus menangis di punggungku. Kau
bahkan tidak menyemangatiku di sepanjang lintasan.”
“huwaaaaa...
mianhae sehun-ah.” Tangis luhan bertambah kencang. Sedangkan sehun kini tengah
tertawa terbahak-bahak.
“kau lucu
sekali. Kau masih ingat apa yang aku katakan waktu dilintasan?”
“eoh, kau
bilang kau akan mengatakan sesuatu kan? Apa?” sehun menggenggam tangan luhan,
kemudian menempelkan di pipinya. Luhan hanya terdiam, mengamati apa yang sedang
sehun lakukan.
“luhan-ah.”
Sehun menatap dalam luhan, sedangkan yang ditatap kini sedang gugup setengah
mati.
“ne.”
“saranghae.”
Sehun tersenyum, senyum yang sangat tulus dan hanya ditujukan kepada luhan.
“mwo?!”
luhan membulatkan matanya, meyakinkan dirinya bahwa ini bukanlah mimpi.
“aku
mencintaimu, sejak tahun pertama penerimaan siswa baru, dan aku hanya bisa
menjadi pengagummu.
Melihatmu tersenyum, tertawa, aku sangat bahagia. Mungkin
ini terkesan mendadak, tapi entah aku bisa menyimpan perasaan ini berapa lama
lagi, aku ingin segera mengungkapkannya padamu. Aku sungguh mencintaimu kim
luhan. Would you be...akh!” belum sempat sehun menyelesaikan kalimatnya, luhan
langsung menerjang sehun, dipeluknya sehun erat.
“nado,
nado saranghae oh sehun.” Sehun tersenyum, senyuman kebahagiaan yang baru kali
ini sehun tunjukkan pada dunia.
“gomawo
kim luhan, nan neomu johaeyo.” Sehun mencium kening luhan sayang, diiringi
tepuk tangan dan disaksikan oleh teman-temannya.
-end-
review juseyo~
review juseyo~
0 komentar:
Posting Komentar